Rabu, 18 Mei 2011

Perkembangan Ilmu Sains, Tekhnologi dan Sistim Pengajaran Islam Di Indonesia


 Oleh : Yusuf Sagoba S. PdI
Perkembangan ilmu sains dan teknologi  semakin menggorogoti isi bumi, sehingga tidak sedikit manusia menjadikan sains tekhnologi bagaikan Tuhan dalam kehidupan mereka, dengan mengedepankan kemampuan tekhnologi serta lebih meyakini teori-teori pengetahuan dari pada mengkaji serta meyakini alkitab (Alqur’an). Bahkan dengan kemajuan informasi saat ini, tiap insan dapat mengetahui perkembangan dunia yang dapat terakses melalui ruang individu atau setiap kelompok sosial lainya melalui kemajuan elektronik (TV dan Hp).
kesemuanya itu merupakan tantangan besar yang harus dihadapi Umat Islam, yang menjadi pertanyaan adalah  apakah Islam mampu beradaptasi dan bersaing dalam kemajuan pengetahuan teknologi itu ? dan apakah mampu untuk menerapkannya dalam mendukung pengembangan pendidikan bagi umat Islam ?.
sementara pendekatan pengajaran agama Islam di sekolah, madrasah, aliyah bahkan sampai pendidikan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Masih teridentik dengan sistem pengajaran  doktrin dan transfer pengetahuan ritual semata tanpa dibarengi pemahaman mendalam terhadap esensi dan relevansi ajaran agama (Islam dan lainnya) bagi kehidupan mereka dizaman kekinian serta kebebasan berfikir sebagai manusia yang memiliki kemerdekaan “sempurnah”. Akibatnya, eksistensi pelajar tidak pernah memahami esensi materi atau pelajaran yang diajarkan tersebut dan bahkan mereka tidak mampu hidup mandiri serta menerapkan ilmu agama yang didapatnya ke dalam kehidupan sehari-harinya (kreatif).
Seharusnya sistim dalam pengajaran pendidikan Islam disetiap sekolah, madrasah, aliyah dan perguruan tinggi dapat memahami tingkat kebutuhan siswanya dan bahkan bisa menjawab semua tantang masa depan siswanya sendiri, bukan malah mengedepankan rasa ego seorang pengajar (guru atau dosen) yang hanya mengutamakan tercapainya kewajiban praktis semata, artinya tidak mau tau dengan pemahaman siswanya “yang penting saya sudah masuk kelas dan mengajarkannya”.
Disini dituntut seorang pengajar yang handal atau profesional dalam bidangnya, untuk menanamkan pemahaman yang dapat siswa jadikan sebagai lentera dalam menjalani kehidupan dunia ini, Islam adalah agama yang tercerahkan, bahkan menganjurkan bagi setiap umatnya agar dapat memfungsikan akalnya dalam kehidupan dunia, baik yang berhubungan dengan materi atau non materi. Lembaran demi lembaran, halaman demi halaman dalam kitab Alqur’an puluan bahkan ratusan kita temua surat demi surat, ayat demi ayat, yang dapat dijadikan panduan umat Islam untuk dapat memaksimalkan setiap aktifitas dan perubahanya. Artinya tuntutan keprofesionalan manusia itu sendiri.
Untuk itu perlu dilakukan perubahan total pada sistim penerapan pendidikan Islam saat ini, yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu sains dan terkhnologi secara mendasar demi mendapatkan penghayatan teori-teori agama secara hakiki dan demi kemajuan Islam itu sendiri. Dan bila perubahan pendidikan Islam itu dilaksanakan kedalam ilmun sains dan tekhnologi harus diarahkan pula pada pendidikan integrative yaitu pembinaan watak secara holistic atau pun menggali potensi insani yang dimiliki setiap siswa dan tetap mengarah pada ajaran tauhid dan world view dalam Islam yaitu pengajaran yang berasaskan nilai dan adab, serta melakukan proses evaluasi yang seimbang.
Pentingnya pendidikan integrative dan penerapan nilai atau pun adab dalam pendidikan Islam, merupakan sebuah sistem yang menjadikan umatnya dalam proses pengenalan jati dirinya sebagai hamba yang taat dan bertakwa kepada Allah SWT, memiliki moral yang jelas bukan moral yang hanya dikarenakan “ia punya kepentingan” atau dengan kata lain moralnya orang-orang yang munafik. Seorang yang munafik pun dalam ilmu Islam dikatakan bahwa orang-orang yang munafik itu punya tiga ciri yaitu apa bila ia berkata, maka ia berdusta, apa bila ia berjanji, maka ia akan ingkar, dan apa bila ia dipercaya, maka ia hianat.
Bila diperhatikan sisitem pendidikan nasional lebih mengedepankan pencapaian kesejahteraan masyarakatnya dan mencerdaskan kehidupan bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa disini tidak lain adalah meningkatkan sumber daya manusia (SDM)nya, hal berdasarkan UUD 45. maka hal itu juga tidak berbeda dengan misi diterapkannya sistem pendidikan agama Islam dalam membina dan membentuk kepribadian muslim yang lebih memiliki kopetensi yang dapat betanggung jawab atas kehidupan dunia dan akhirat. Yang disayangkan hari ini adalah diterapkannya sistim kurikulum yang berbasis kompentensi dalam pendidikan nasional, dimana pengaturan durasi waktu (dua jam) yang dimainkan untuk pendidikan Islam bagi sekolah-sekolah hanya pelengkap semata bukan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan atau salah satu syarat dalam penilaian pengembangan SDM peserta didiknya, sementara mata pelajaran umum lainnya sangat leluasa untuk menentukan arah pencapaian pembelajarannya.

Tidak ada komentar: